Siapkah Anda Memulai Terlebih Dahulu?

Di dalam kehidupan, kita akan menjumpai seringkali orang lain memperlakukan kita dengan cara yang kurang hormat. Secara umum, kita akan memperlakukan orang lain minimal sama dengan cara orang tersebut memperlakukan kita atau bahkan lebih buruk lagi.

Beberapa waktu yang lalu saya diperhadapkan dengan situasi di atas. Mungkin sebenarnya bukan maksud orang-orang yang saya temui untuk bersikap demikian, namun itulah yang saya rasakan. Saya sampai pada kesimpulan yang menjadi bahan tulisan saya hari ini. Memang wajar jika sayapun memperlakukan mereka sama seperti cara mereka memperlakukan saya. Jika orang tersebut tidak ramah, saya tidak perlu mencoba untuk bersikap ramah. Jika orang tersebut tidak bersahabat, saya tidak perlu mencoba untuk bersikap bersahabat. Itu benar jika saya ingin menjadi sama dengan mayoritas. Masalahnya, saya ingin menjadi seseorang yang berbeda. Saya perlu merubah sudut pandang saya.

Saya harus menyadari bahwa setiap orang memiliki area pergumulannya masing-masing dan hal tersebut sebenarnya tidak ada hubungannya dengan saya. Kadangkala kita mengalami hari yang begitu buruk sehingga sikap kita menjadi begitu buruk, padahal bukan maksud kita untuk bersikap seperti itu. Setiap kita bisa saja kehilangan kontrol.

Saya menarik kesimpulan demikian sehingga saya mengambil keputusan bahwa saya tidak ingin menjadi seseorang yang meresponi hal yang buruk dengan sikap yang salah. Ketika saya melihat wajah satpam penjaga yang musam, saya menyapanya dengan ramah disertai senyuman yang tulus. Hal ini tidak dapat saya lakukan pertama kali ketika mendapatkan perlakuan seperti itu, butuh waktu bagi saya untuk menentukan sikap saya sebelum akhirnya menjadi sebuah kebiasaan karena saya terlebih dahulu merubah sudut pandang saya.

Lewat kejadian yang saya alami, saya belajar untuk menjadi seorang agen perubahan dimana saya ingin melihat perubahan. Saya juga belajar bahwa saya tidak memiliki kendali atas sikap dan tindakan orang lain, namun saya memiliki kendali atas sikap saya sendiri. Ketika saya belajar mengubah sudut pandang dan tindakan saya, sikap satpam yang saya ceritakan menjadi berubah. Kami menjadi saling menyapa dengan ramah dan senyuman yang tulus.

Saya selalu percaya bahwa satu keputusan sederhana kita dapat mengubahkan kehidupan orang lain ke arah yang lebih baik. Permasalahnnya, siapkah anda untuk memulai terlebih dahulu?

2 Penghalang Besar Untuk Berada di Posisi Terhormat

Sudah menjadi hal yang umum jika biasanya kita akan memperlakukan orang lain sama seperti cara orang tersebut memperlakukan kita. Seringkali kita enggan atau gengsi untuk menghormati terlebih dahulu. Padahal sebenarnya, hal tersebut menunjukkan karakter kita yang sesungguhnya. Kenapa terlalu pusing dengan reaksi orang lain? Gengsi, iya apa iya?

Cara kita memandang diri kita sendiri memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan kita. Dalam hal ini, cara kita memandang diri kita sendiri apakah terlalu rendah atau terlalu tinggi; keduanya menghalangi kita untuk terlebih dahulu memberikan hormat. Apa sih bahaya dari keduanya?

1. Memandang rendah diri sendiri
Memandang rendah diri sendiri dapat membuat orang tersebut mendefinisikan perilaku orang lain sebagai tindakan merendahkan atau penindasan, padahal mungkin hanya perasaannya saja yang timbul akibat pola pikirnya terhadap dirinya sendiri. Hal ini memicu sikap yang buruk kepada setiap orang yang ditemuinya karna orang ini cenderung bersikap defensif untuk melindungi dirinya sendiri.

Orang yang memandang rendah dirinya sendiri juga cenderung menghormati orang lain karena dia harus. Dia bersikap seakan-akan menghormati, tapi sesungguhnya dia menghormati karena dia merasa posisi, status, jataban dari orang yang dia hormati lebih tinggi dari nya. Bahasa gaulnya, terpaksa.


2. Memandang tinggi diri sendiri
Orang tipe kedua ini cenderung memandang tinggi dirinya sendiri. Bisa jadi memang kualitas dirinya baik, ya katakanlah karna posisi atau jabatan; dia layak dihormati atau dia memang memiliki kualitas yang layak untuk dihormati. Namun hal tersebut membuat dia terus menerus mengevaluasi apakah setiap orang yang dia temui sudah memperlakukan dia dengan pantas. Bayangkan, jika fokus utama kita hanya mengevaluasi orang lain. Sama sekali bertolak belakang dengan ssalah satu definisi menghormati menurut kamus besar bahasa indonesa yaitu mengakui. Bagaimana kita bisa menghormati dengan tulus jika kita seperti mesin scanning yang berusaha melakukan scanning pada setiap orang yang kita jumpai?

Jika dari kedua tipe orang di atas anda ter-identifikasi sebagai salah satu diantaranya, tidak perlu berkecil hati. Yang perlu anda lakukan hanyalah membangun sebuah cara pandang yang benar mengenai diri sendiri.

Anda Harus Berurusan Dengan Kenyataan

Beberapa waktu belakangan saya mengalami masa-masa yang kurang menyenangkan. Kenapa saya katakan tidak menyenangkan? Karna saya diperhadapkan dengan tantangan hidup yang datang dalam bentuk keadaan-keadaan sulit dan orang-orang sulit. Kenapa bisa dikatakan sulit? Karna mungkin saya belum pernah menghadapinya, hmmm mungkin lebih tepat jika saya katakan saya belum berhasil menaklukkannya.

Saya temukan bahwa mudah bagi kita untuk melontarkan sebaris atau bahkan serentetan kalimat bijak jika ada orang sekitar kita yang sedang menghadapi hal yang tidak menyenangkan. Saya adalah salah satu orang yang diberikan karunia menasehati. Saya suka mendengarkan orang bercerita dan kemudian memberikan dukungan dan nasehat melalui perkataan saya. Pengembangan karakter dan pertumbuhan pribadi saya tidak secara otomatis terbentuk hanya karna mungkin saya dapat memberikan dukungan dan nasehat yang baik.

Karakter saya dibentuk justru ketika saya dapat memegang kendali penuh atas sikap saya dalam menghadapi keadaan dan orang-orang yang sulit karna saya menjaga pemikiran saya untuk berada pada perspektif yang benar.

Seperti yang saya katakan di atas, lebih mudah untuk berbicara. Lebih sulit untuk melakukan. Saya akui tidak mudah, anda pun pasti tau bagaimana rasanya. Mungkin anda harus sedikit memaksakan diri. Namun, itulah proses yang harus kita hadapi agar kita dapat mencapai hal-hal yang lebih besar lagi. Saya bersyukur saya memiliki pemimpin, pasangan dan teman-teman di sekitar saya yang seringkali memberikan dukungan dan pemahaman yang pada awalnya sulit untuk saya terima.

Ketika saya belajar untuk submit kepada dukungan dan ajaran tersebut (karna saya tau itulah yang benar); saat itulah pemahaman saya mulai berubah dan pendekatan saya terhadap kehidupan mulai berubah.

Saya dan mungkin anda, kita harus mengakui bahwa seringkali perasaan kitalah dan prinsip kitalah (baca : keras kepala kitalah) yang kita ijinkan memegang kendali sehingga kita melihat hal tersebut hanya dari satu sisi yaitu dari sisi dimana kita berada. Hal tersebutlah yang membuat kita menjadi tidak dapat menikmati proses karna kita hanya ingin semua hal baik-baik saja (baca : seperti yang kita inginkan).

Setiap hari, selalu ada hal-hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan keinginan kita semua. Selalu ada dan selalu hadir dalam berbagai bentuk. Kita pun semestinya tau bahwa semua hal tersebut berada di luar kontrol kita. Namun apakah kita menyadari bahwa kitalah yang memegang kendali atas sikap kita sendiri?

3 Senjata Bagi Anda Untuk Berurusaan Dengan Kenyataan :
1. Menjaga Pemikiran Anda Tetap Pada Perspektif Yang Benar.
2. Submit Kepada Apa Yang Benar, Bukan Apa Yang Dirasakan.
3. Pegang Kendali Atas Sikap Anda Sendiri.

Come on guys, let's deal with it :) I know u can!