Seseorang yang Dimenangkan

Gue mau ceritain pengalaman kehidupan gue bersama dengan Tuhan. Kalo gue ada sampai detik ini, gue percaya dan sadar kalo itu cuma karna kasih karuniaNya. Tanpa kasih karunia Tuhan, mungkin gue ngak akan ada disini hari ini.

Gue lahir sebagai anak pertama dari 4 bersaudara di tengah keluarga non-kristen. Gue menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi waktu gue duduk di bangku SMP, itupun bukan karena gue terlebih dahulu mengenal siapa pribadi Yesus. Bisa dibilang, gue terima Tuhan Yesus cuma karna ikut-ikutan temen dan kebetulan gue sekolah di sekolah Kristen. Pengalaman pribadi gue bersama dengan Tuhan Yesus justru gue dapatkan di masa-masa sulit dalam kehidupan gue.

Saat ini bisa dibilang keluarga gue merupakan keluarga yang harmonis. Kami suka hang out sama-sama, bokap nyokab gue juga bisa dibilang asik karna mereka bisa diajak hang out kemana aja n ngapain aja. Kami juga suka duduk-duduk cuma sekedar untuk ngobrol, meskipun kalau untuk hal pribadi masih sulit untuk kami menceritakannya kepada orang tua. Tapi keadaan ini sangat bertolak belakang dengan keadaan waktu gue duduk di bangku SD sampai SMA. Di waktu itu, papa mama sering sekali bertengkar di depan kami. Bertengkarnya-pun tidak hanya sekedar adu mulut di depan kami sebagai anak-anak, melainkan sampai saling melempar dengan barang pecah belah. Pernah juga beberapa kali samurai dan pisau dapur menjadi senjata mereka. Hal tersebut terjadi di depan kedua mata kami sebagai anak-anak dan dengan frekuensi yang cukup sering.

Waktu gue mulai duduk di bangku SMP, gue mulai menyadari apa yang sedang terjadi di tengah-tengah keluarga gue. Guepun bertindak sebagai pelindung bagi nyokab dan adik-adik gue. Sungguh tidak mudah karena dengan keadaan keluarga yang seperti itu tentu saja gue ngak dapatkan arahan dan perlindungan di dalam keluarga, tapi justru gue yang harus menjadi pelindung buat anggota keluarga gue. Pertanyaannya adalah :

Dari mana gue dapatkan kekuatan tersebut?

Terus terang, gue punya 1001 alasan untuk mempersalahkan Tuhan atas apa yang terjadi. Gue bisa aja komplain sama Tuhan dan tanya ke Tuhan "Kenapa harus gue?". Gue-pun memiliki pilihan untuk mempersembahkan kehidupan gue bagi kesia-siaan. Tapi itu semua ngak gue lakukan!

Justru di saat gue ngak bisa ngeliat Tuhan itu ada dan justru ketika gue ngak bisa ngerti apa rencana Tuhan di balik apa yang gue alami, gue belajar untuk hidup mengandalkan Tuhan dan belajar menyerahkan kehidupan gue sepenuhnya sama Tuhan.


Gue slalu percaya satu hal kalo Tuhan punya rencana yang unik dan spesifik bagi setiap kita. Gue punya kisah gue sendiri, semua orang punya kisahnya masing-masing.

Baik atau burukpun kisah dan latar belakang kita, satu hal yang pasti. Rancangan Tuhan atas kehidupan kita tidak pernah gagal.


Gue juga selalu percaya, untuk tampil dan keluar sebagai seorang pemenang dalam kehidupan, seringkali ada hal-hal yang harus kita lepaskan. Mungkin itu masa lalu kita, mungkin itu rasa kecewa kita, ketidakmampuan kita untuk mengampuni. Apapun itu, kita harus belajar menyerahkannya kepada Tuhan. Gue pribadi bergumul dengan siapa diri gue di mata gue. Gue tanpa sadar menyimpan "my list" dimana list tersebut berisi latar belakang gue yang buruk serta kelemahan-kelemahan gue yang seringkali gue bentangkan di hadapan Tuhan ketika Tuhan say something GREAT about me and my life and my future. Gue banyak dapatkan Tuhan berbicara buat gue lewat apa yang gue baca di bible.

Kebiasaan gue membaca alkitab membuat gue mendapatkan identitas gue yang sejati yaitu siapa gue di mata Tuhan.


Finally, gue bisa bilang kalau seorang pemenang itu adalah mereka yang menyerahkan kehidupannya sepenuhnya sama Tuhan dan mengandalkan Tuhan di sepanjang perjalanan kehidupannya.

I Thank God for My Life

Seseorang yang dimenangkan oleh Tuhan,
Febryna Halim