Di dalam perjalanan kehidupan kita, kita tidak selalu bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan. Kadangkala kita bertemu dengan orang yang secara terus menerus bertindak untuk menyakiti kita. Dengan mudahnya, kita terpancing untuk menjadi marah dan kecewa. Memang gue akui, lebih mudah untuk membenci dibanding mengasihi.
Kita sering dengar sebuah kalimat dimana kita diajarkan untuk memiliki respon yang benar terhadap apapun yang terjadi di sekeliling kita. Namun, tidaklah mudah jika hal ini dikaitkan dengan sebuah pengampunan yang harus kita lepaskan justru bagi orang-orang yang menyakiti kita. Gue pernah denger kalo kita bisa ngerasa sakit, justru karna orang tersebut begitu penting buat kehidupan kita. Hmm, bisa jadi begitu.
Tentang pengampunan, gue pun pernah mengalami sulitnya melepaskan pengampunan. Baik itu mengampuni kedua orang tua gue, adik-adik gue, temen gue, mantan pacar gue, pacar gue. Faktanya kita manusia diciptakan dengan harga diri yang perlu dihargai oleh orang lain.
Gue pernah sampai di titik dimana gue ngak tahan lagi atas perlakuan keluarga gue terhadap diri gue dimana gue dikritik secara terus menerus. Gue inget banget akhirnya masalah itu bisa selesai hanya dengan gue mengubah pandangan gue terhadap apa yang gue alami. Gue belajar memfokuskan pikiran gue yang tadinya bermentalkan gue adalah korban menjadi gue adalah seorang pemenang yang ditakdirkan untuk naik level demi level di dalam kehidupan.
Akhirnya, gue dengan bangga bisa bilang kalo gue bisa minta maaf sama mereka lepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar. Menurut gue, hubungan tersebut layak untuk dipertahankan, dan sekali lagi itu bukan soal siapa yang salah dan siapa yang benar.
Sampai sekarang gue masih suka mengalami waktu-waktu dimana rasanya memilih untuk membenci bokap gue merupakan pilihan yang lebih mudah dibandingkan harus terus menerus belajar untuk menerima dia apa adanya. Banyak orang bilang dia baik, justru gue ngak ngerasa gitu. Tapi, ya sebenarnya dia memang baik. Yang menjadi masalah gue adalah gue sulit untuk menerima sikap dan perkataan dia yang melulu menyakiti orang terdekatnya, yaitu anggota keluarganya. Terutama nyokab gue. Gue ngak habis pikir kenapa dia bisa bersikap seperti itu sama kita, sedangkan sama orang lain baik banget.
Gue sadar kalo mengampuni merupakan sebuah proses. Gue belajar melihat apa sih yang buat dia bersikap seperti itu dibanding men-judge dia berdasarkan sikap dia. Mungkin sebenarnya orang yang paling menyakiti kita dan orang yang paling menyebalkan dalam hidup kita merupakan orang yang paling membutuhkan kasih dari kita.
Gue yakin kalo tembok China tidak dbangun dalam satu malam, demikian juga kepribadian seseorang. Selalu ada The What dibalik The How :)Gue sadar koq, gue juga bukan manusia yang sempurna. Ngak ada satupun dari kita yang sempurna. Gue juga memerlukan pengampunan, baik dari orang lain maupun dari pencipta gue atas setiap dosa dan kesalahan yang gue buat baik secara sadar dan tidak sadar.
When Jesus raised Himself up, He said to her, Woman, where are your accusers? Has no man condemned you? She answered, No one, Lord! And Jesus said, I do not condemn you either. Go on your way and from now on sin no more.
Atas sebuah pemahaman bahwa gue juga memerlukan pengampunan tersebut setiap saat, gue belajar untuk memposisikan diri gue sama seperti para pendosa yang lainnya :) Gue juga belajar bersikap siap untuk membagikan kasih dan anugrah yang gue terima dari Tuhan.
I desire mercy [that is, readiness to help those in trouble] and not sacrifice and sacrificial victims. For I came not to call and invite [to repentance] the righteous (those who are upright and in right standing with God), but sinners (the erring ones and all those not free from sin).
Pada akhirnya, kita harus dapat menerima pengampunan agar kita dapat menjadi seorang pribadi yang mudah untuk mengampuni. Jangan biarkan hal-hal kecil melukai diri kita dengan mudahnya. Gue percaya, melepaskan pengampunan merupakan tindakan yang lebih menyenangkan dibandingkan melulu mengeluhkan sikap dan perilaku orang di sekeliling kita :)
Setiap kita butuh untuk diterima dan dihargai sebagai seorang pribadi yang bernilai dibandingkan dengan terus-menerus diberitahukan tentang apa yang tidak semestinya.
Love,
Febryna Halim
Penerimaan
- 10 Juli 2011
Langganan:
Postingan (Atom)