Do u have a reason to be grateful for?


Sering banget kita mengeluh menghadapi situasi jalanan yang tidak karuan, rekan kerja yang menyebalkan, situasi kantor yang tidak menyenangkan, orang tua yang kelewat cerewet (baca:over caring), penyesuaian dengan pasangan yang sama sekali berbeda kepribadiannya, and so on. Apakah situasi di atas menciptakan warna tersendiri yang memperindah kehidupan? Atau malahan, mencuri semangat dan energi untuk menghidupi hidup?

There's always something we could be thankful for! Febryna Halim



Saya yakin berbagai situasi dan pengalaman yang tidak menyenangkan dapat memberikan kita pelajaran yang sama sekali berbeda dari yang diajarkan oleh situasi menyenangkan. Sebagai contoh, di pagi hari ketika saya bertemu dengan orang yang memasang raut wajah muram, saya tidak berpikir bahwa memang orang tersebut menyebalkan tapi mungkin ia sedang mengalami hal yang buruk. Saya lantas berpikir bahwa selalu ada suatu hal yang patut kita syukuri meskipun banyak hal yang tidak berjalan semestinya. Mengapa kita bermuram hati? Sayapun membagikan senyum agar orang tersebut dapat menyadari bahwa ya, selalu ada hal yang patut kita syukuri! Keadaan tersebut membuat saya memiliki perspektif baru terhadap kehidupan.

Selalu ada suatu hal yang patut kita syukuri meskipun banyak hal yang tidak berjalan semestinya. Febryna Halim

Banyak hal dalam kehidupan kita yang out of our control. Dan kita akan hidup distressfully jika kita berusaha mengontrol hal-hal tersebut. Jika Anda mau terbebas dari stress, berhentilah mengontrol segala sesuatunya.


Don't let the problem define who u are. Febryna Halim!


Do u have a reason to be grateful for? I tell u once, u don't need the reason. There's always something we could be grateful for! And there's always something we could learn from surroundings.

Semestinya saya ...


Lebih mudah bagi kita untuk complain and leave things like before daripada kita berusaha menjadi solusi dari sebuah permasalahan yang ada. Di pekerjaan, lebih mudah bagi kita untuk menuntut kolega menyelesaikan tanggung jawabnya sesuai dengan cara kita dibanding dengan berusaha berkomunikasi sesuai dengan pola kerja dan kepribadian orang tersebut. Di rumah, lebih mudah bagi kita untuk men-judge perilaku anak atau pasangan, daripada berusaha menjadi orang tua atau partner yang baik.


Mudah bagi saya untuk berpikir bahwa saya lah yang selalu benar karena kebiasaan yang saya sudah bangun selama bertahun-tahun. Orang yang sukses selalu memiliki fleksibilitas, tanpa mengorbankan value nya. Banyak orang pikir, fleksibilitas adalah tentang salah dan benar sehingga kebanyakan orang tidak dapat bersikap fleksibel karena saya yang selalu benar.


Ketika saya harus menyelesaikan pekerjaan saya dan menemukan tantangan dimana-mana, lebih mudah untuk blame on others and menunjuk perilaku orang lain sebagai penyebabnya. Agar dapat menyelesaikan tantangan dalam kehidupan, saya sangat menyadari bahwa sikap yang demikian tidak akan pernah membawa saya menjadi pribadi yang berhasil. Seringkali saya harus menempatkan diri saya di tempat yang lebih rendah dari orang lain sehingga pemikiran saya berganti dari "semestinya dia ..." menjadi "semestinya saya ..."

Bagaimana dengan Anda?