Prinsip Dasar Menjaga Komitmen Suatu Hubungan

Komitmenku dan Ryu (pasanganku) sudah dimulai sejak 24 September 2007. Dari awal qta berkomitmen, emank udah jelas tujuan dari hubungan qta adalah pernikahan. Meski usiaku masih terbilang sangat muda, aku udah berpikir serius tentang masalah yang satu ini :)

Sebelumnya, masing² dari qta udah pernah bangun hubungan tapi karna satu dan lain hal hubungan qta masing² itu harus kandas di tengah jalan. Yahhh, hubungan qta dengan yang sebelumnya aku yakin juga serius n tujuannya juga sama yaitu pernikahan. Masih inget lah jamannya sedih² karna putus itu tapi secara pribadi aku selalu percaya kalo Tuhan ngak akan pernah ijinin qta menikah dengan pasangan yang tidak tepat.

Bicara pernikahan itu bicara seumur hidup. Meski aku bukan expert di bidangnya karna aku sendiripun belum nyemplung tapi aku pengen banget bisa share apa yang aku dapatkan selama ini mengenai relationship dengan lawan jenis. Aku punya pengalaman sangat menyedihkan tentang kehilangan orang yang aku kasihi dan perlu dicatat bahwa pada waktu itu aku sangat serius! Aku ngak pernah memulai sebuah hubungan dengan maksud main², tapi hampir semuanya berakhir dengan air mata :) Tapi kalo saat ini aku bisa memulai suatu hubungan yang baru tanpa dipengaruhi oleh luka² masa lalu, aku bisa bilang kalo rumusnya adalah sama. Untuk memulai suatu yang baru, qta harus bener² tinggalkan/lepaskan/copot/buang jauh² yang lama². Simpen di gudang aja udah ngak perlu :) Intinya hati qta harus beres! Karna di depan manusia qta bisa pura² yah, tapi kalo bicara hati. Itu udah paling nga bisa boong. Sengsara banget ngak sih boongin hati. Mulai suatu hubungan yang baru tapi takut ... tapi ngeri ... tapi trauma ... Apalagi dengan cap yang sering qta denger "Semua cowo/cewe" sama aja ;P Sulit buat beranjak yah. . . Apalagi menikah itu merupakan suatu keputusan penting.

Aduh jadi panjang lebar. Balik lagi ke kalimat di paragraf sebelumnya. Bicara pernikahan itu bicara seumur hidup. Di atas tadi aku sempet share bahwa Tuhan ngak pernah ijinin qta menikah dengan pasangan yang tidak tepat. Itu dalam konteks happy ending dimana qta bisa ambil pilihan yang tepat untuk ngak ngotot sama maunya qta tapi bela²in biar kehendakNya yang jadi. Kayak aku yang putus sedih² itu, bukan karna masalah sepele karna cemburu dsb tapi karna masalah yang prinsip banget. Kepercayaan yang dihianati berulang kali ( duwh jadi buka kartu deh --"! Ato malah curhat colongan ;P Apapun itu sSsssttttt loh yah) dan begitu banyak hal yang ngak bisa aku paparkan satu per satu. Tapi percayalah kalimat bahwa Tuhan ngak pernah ijinin qta menikah dengan pasangan yang tidak tepat. Kecuali hidup qta diluar Tuhan, itu bisa saja terjadi. Tapi andai² nasi sudah menjadi bubur, percaya yang kedua. Seberapapun qta telah merasa salah dan menyimpang... Percayalah bahwa rencanaNya ngak pernah berubah untuk qta =) Tinggal bagaimana qta kembali ke jalanNya yang agag susah setelah qta udah lama di "posisi" itu. Jadinya kaku. Anda mengerti apa yang saya maksud dengan kaku? Hihihi. Sulid berubah karna udah ngedekem di posisi itu² aja ( yang kurang baik untuk kesehatan pertumbuhan qta ). Emank loh buat berubah itu ngak gampang. Ibarat mesin yang udah jarang aktif, tapi tergantung pake oli apa yah ;) Jadi, sekarang... masalahnya di oli. Ayo pake oli murahan ato ...? Pake kepercayaan semu atau kebenaran kekal?

Duwh kalimat yang bicara pernikahan itu bicara seumur hidup jadi ngak selesai² (yah ciri² penulis itu mungkin pikirannya terlalu liar ;P ada yang setuju dengan saya? Zzzz mala cari pendukung ;). Bicara pernikahan itu bicara seumur hidup, jadi alangkah bijaksananya kalo qta membangun hubungan dengan cara yang benar dan tentunya hanya dapat dijalani dengan memiliki prinsip² yang benar yang bisa qta temukan di dalam firman Tuhan.

0 komentar: